Petani di Kabupaten Cirebon Ini Modalnya Ludes usai Gagal Tandur hingga Tiga Kali

- Kamis, 2 Februari 2023 | 11:17 WIB
Sutani Warga Bayalangu Lor, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. (Ayocirebon.com / Ayu Lestari)
Sutani Warga Bayalangu Lor, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. (Ayocirebon.com / Ayu Lestari)

 



ARJAWINANGUN,AYOCIREBON.COM — Puluhan kelompok tani di Desa Bayalangu Kidul, dan Desa Bayalangu Lor, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon mengeluhkan cuaca ekstrim yang menyebabkan  gagal tandur.

Hal tersebut disebabkan musim hujan ekstrim yang kerap menggenang di lahan tani milik mereka, bahkan diperkirakan tahun ini menjadi gagal tandur terparah yang dialami petani padi. 

Seperti yang disampaikan Sutani, Warga Bayalangu Lor, puluhan kelompok tani tengah mengalami gagal tandur hingga 3 kali berturut.

"Sudah 3 kali tandur, awal tandur bulan Desember kebanjiran, keduanya bulan Januari dua kali nandur kebanjiran," katanya, Kamis 02 Februari 2023.

Baca Juga: Jadwal dan Niat Puasa Ayyamul Bidh Februari 2023 di Bulan Rajab

Saat ditemui usai mengolah sawah, Sutani memilih tidak tandur sebab kehabisan modal untuk tandur padi kembali. 

"Kalau masih ada modal ya tandur, sekarang modalnya sudah habis yang bisa tandur ya tandur, yang tidak ada modal ya tidak tandur kaya saya sekarang," ujarnya.

Bibit padi miliknya yang tergenang air tampak sebagian tersapu aliran sungai, sementara bibit yang masih tertinggal tidak mampu tumbuh dengan sempurna.

"Tetep ga bisa dipanen walaupun masih ada yang tidak tercabut karena banjir kemarin, mau garamin (beri bubuk) lagi juga harus bayar pajak dulu sama yang punya tanah," bebernya.

Persoalan lain yang dihadapi Sutani dan para petani lain yang bertani di lahan sewaan, adalah pajak guna pakai yang meninggi. 

Baca Juga: Butuh Perbaikan! Kondisi Jalan Kantor Pos di Desa Jungjang Cirebon Memprihatinkan

"Ini kan lahannya sewa, kalau mau ngolah lagi kudu bayar, disebutnya bayar pajak, bayarnya itu untuk 1 bahu (7000 meter persegi) Rp180 ribu, dikalikan saja sama luas sawahnya, belum lagi beli pupuknya Rp250 ribu 1 kwintal itu untuk pupuk subsidi, kalau tidak disubsidi bisa Rp300 ribu sampe Rp400 ribu," ungkapnya.

Kendala yang dialami Sutani, juga dialami Petani Padi di Desa Bayalangu Kidul Ali. sawah yang dia sewa untuk bertani pun demikian. 

Halaman:

Editor: Asep Dadan Muhanda

Tags

Artikel Terkait

Terkini