Komunitas Tionghoa dalam Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, dari Perang Kuning sampai Peristiwa Rengasdengklok

- Rabu, 17 Agustus 2022 | 09:43 WIB
Kelenteng Talang di Kota Cirebon, Jawa Barat, salah satu saksi bisu perjuangan rakyat Cirebon, termasuk komunitas Tionghoa, berjuang merebut Kemerdekaan Indonesia. (Dok. Jeremy Huang untuk Ayo Cirebon)
Kelenteng Talang di Kota Cirebon, Jawa Barat, salah satu saksi bisu perjuangan rakyat Cirebon, termasuk komunitas Tionghoa, berjuang merebut Kemerdekaan Indonesia. (Dok. Jeremy Huang untuk Ayo Cirebon)

LEMAHWUNGKUK, AYOCIREBON.COM- Komunitas Tionghoa berperan serta dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.

Peran serta komunitas Tionghoa dalam meraih Kemerdekaan Indonesia dimulai sejak kedatangan mereka ke tanah Nusantara untuk berdagang, menikah dengan penduduk setempat, dan kemudian menetap.

Di balik itu, terkandung kisah pilu pembantaian warga keturunan Tionghoa di Indonesia selama masa kolonialisme.

Pemerhati budaya Tionghoa di Cirebon, Jeremy Huang Wijaya membeberkan, sebuah peristiwa yang dikenal dengan sebutan Geger Pecinan atau Tragedi Angke menjadi salah satu perjuangan komunitas Tionghoa di Indonesia melawan penjajah Belanda (VOC) pada 9 - 22 Oktober 1740.

"Geger Pecinan itu serangan kekerasan terhadap orang keturunan Tionghoa di Batavia (sekarang Jakarta)," ungkapnya kepada Ayo Cirebon, Rabu, 17 Agustus 2022.

Tak selesai sampai di situ, pada November 1740, pertempuran pun pecah, dalam skala kecil.

Geger Pecinan sendiri, lanjutnya setelah membaca sejumlah sumber, dipicu pembunuhan puluhan pasukan Belanda oleh ratusan orang keturunan Tionghoa, yang di antaranya merupakan buruh pabrik gula.

Baca Juga: Tema Google Doodle Hari ini dan Maknanya, Hasil Goresan Seniman Bandung

Pembunuhan pasukan Belanda itu dilatari tekanan pemerintah dan penurunan pendapatan buruh pabrik gula pasca merosotnya harga gula.

"Imbas pembunuhan pasukan Belanda, semua senjata milik warga Tionghoa dilucuti dan pemerintah Belanda ketika itu memberlakukan jam malam," papar Jeremy Huang.

Puncaknya, terjadilah pembakaran rumah komunitas Tionghoa di sepanjang Kali Besar oleh kelompok etnis lain.

Pasukan Belanda bahkan menggunakan meriam untuk menghancurkan pemukiman komunitas Tionghoa.

Insiden itu berbuntut pada pembantaian komunitas Tionghoa yang diperkirakan mencapai 10.000 orang.

Di tengah 'peperangan' dengan komunitas Tionghoa, pengampunan untuk mereka sempat disampaikan pemerintah Belanda.

Halaman:

Editor: Erika Lia

Tags

Artikel Terkait

Terkini