Serba Serbi Tradisi Ceng Beng, Momen Pengingat Nenek Moyang dan Pembuka Pintu Rezeki

- Senin, 28 Maret 2022 | 16:25 WIB
Salah satu bong di area Ku Tiong, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Di masa lampau, Ku Tiong ramai peziarah yang melakukan tradisi Ceng Beng. (Ayocirebon.com/Erika Lia L)
Salah satu bong di area Ku Tiong, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Di masa lampau, Ku Tiong ramai peziarah yang melakukan tradisi Ceng Beng. (Ayocirebon.com/Erika Lia L)

LEMAHWUNGKUK, AYOCIREBON.COM- Setiap 5 April atau 4 April pada tahun kabisat, warga Tionghoa umumnya melakukan tradisi Ceng Beng.

Dalam budaya Tionghoa, Ceng Beng serupa dengan ziarah kubur atau nyekar.

Dalam Ceng Beng, mereka diingatkan atas nenek moyang yang pernah hidup.

Pemerhati budaya Tionghoa di Cirebon, Jeremy Huang Wijaya mengungkapkan, Ceng Beng disebut pula Hari Menyapu Kuburan (Hari Pembersihan Pusara) dan Festival Bersih Terang.

Pada hari itu mereka membersihkan atau menyapu kuburan nenek moyang dan menghiasinya, sebagai tanda bakti kepada leluhur.

"Ada pepatah Cina yang mengatakan, Qù fénmù hé bōzhòng huā zuòwéi wǒmen zūnzhòng hé gǎnjī fùmǔ de zhèngmíng, jì zhù tāmen de fúwù yang artinya ziarah kubur dan tabur bunga ke makam orang tua sebagai tanda bakti menghormati orang tua. Jadi, bagi warga Tionghoa, Ceng Beng dilakukan untuk mengingat dan menghormati nenek moyang," paparnya kepada Ayo Cirebon, Senin, 28 Maret 2022.

Pada Ceng Beng, lazimnya setiap orang berdoa di depan pusara nenek moyang, menyapu pusara, dan bersembahyang dengan makanan, teh, arak, dupa, kertas sembahyang, dan berbagai aksesori, sebagai persembahan kepada nenek moyang.

Menurutnya, Ceng Beng merupakan upacara penting bagi kebanyakan orang Tionghoa.

"Di Cina, Ceng Beng dijadikan hari libur. Begitu juga di Hong Kong, Makau, dan Taiwan," ujarnya.

Kali pertama kemunculan Ceng Beng, terangnya, pada era Dinasti Han (202 SM hingga 220 M).

Tradisi ini menjadi familiar pada zaman Dinasti Tang (618 - 907 M).

Ceng Beng diciptakan Kaisar Xuanzong pada tahun 732 (Dinasti Tang) sebagai pengganti upacara pemujaan nenek moyang yang dianggap terlalu mahal dan rumit.

"Di Kota Cirebon, pada 1880 juga diadakan upacara Ceng Beng di pemakaman Ku Tiong di Kalitanjung dan Sin Tiong di Penggung (kedua bong berada di Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon)," cetusnya.

Pemerhati budaya Tionghoa di Cirebon, Jeremy Huang Wijaya (paling kanan) mengunjungi makam leluhurnya saat Ceng Beng.
Pemerhati budaya Tionghoa di Cirebon, Jeremy Huang Wijaya (paling kanan) mengunjungi makam leluhurnya saat Ceng Beng. (Dokumentasi pribadi Jeremy Huang Wijaya.)

Halaman:

Editor: Erika Lia

Tags

Artikel Terkait

Terkini