Grebek Syawal Keraton Kesepuhan Cirebon Diwarnai Aksi Penggembokan Makam Sunan Gunung Jati

- Rabu, 11 Mei 2022 | 12:31 WIB
Patih Sepuh Keraton Kesepuhan, Pangeran Raja Goemelar Soeriadiningrat (paling kiri) menaburkan bunga di atas makam leluhur di area Astana Gunung Jati saat tradisi Grebek Syawal oleh keluarga Kesultanan Cirebon. (Ayocirebon.com/Ayu Lestari)
Patih Sepuh Keraton Kesepuhan, Pangeran Raja Goemelar Soeriadiningrat (paling kiri) menaburkan bunga di atas makam leluhur di area Astana Gunung Jati saat tradisi Grebek Syawal oleh keluarga Kesultanan Cirebon. (Ayocirebon.com/Ayu Lestari)

GUNUNGJATI, AYOCIREBON.COM— Suasana tradisi Grebek Syawal di area makam Sunan Gunung Jati, Desa Astana, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Rabu, 11 Mei 2022, berlangsung berbeda.

Pintu menuju makam Sunan Gunung Jati terlihat digembok saat tradisi berlangsung.

Tak hanya itu, sejumlah spanduk penolakan atas eksistensi Sultan Kesepuhan PRA Lukman Zulkaedin, terpasang di sekitar area Astana Gunung Jati.

Padahal, Grebek Syawal, tradisi pasca Idulfitri oleh keluarga Kesultanan Cirebon, baik Kesultanan Kasepuhan maupun Kesultanan Kanoman, lazimnya dilakukan di dalam makam dengan dipimpin langsung Sultan Kesepuhan.

Baca Juga: Kisruh Internal Kesultanan Kasepuhan, Objek Wisata Goa Sunyaragi Cirebon Ditutup

Namun, pada Grebek Syawal kali ini, Patih Sepuh Keraton Kesepuhan, Pangeran Raja Goemelar Soeriadiningrat menjadi orang yang memimpin tradisi itu.

"Alhamdulillah, kami dari keluarga Kesultanan Kasepuhan hari ini melaksanakan Grebek Syawal," katanya seusai memimpin acara.

Grebek Syawal merupakan kegiatan yang dilakukan rutin setiap bulan Syawal dalam penanggalan Islam.

Dalam kegiatan ini, keluarga Kesultanan Cirebon menggelar doa dan bertawasul bersama.

"Dari Keraton Kanoman sudah lebih dulu melakukan Grebek Syawal, isinya berdoa dan bertawasul di makam keluarga dan leluhur," tutur Goemelar.

Baca Juga: Rahardjo Djali Dituding Tak Layak jadi Sultan, Buntut Keributan di Kesultanan Kasepuhan Cirebon

Menyinggung penggembokan pintu yang menuju makam Sunan Gunung Jati, pihaknya tidak mempermasalahkan hal itu.

"Penggembokan tidak masalah. Walaupun ditutup, doa kami tetap sampai, kami berusaha beri contoh yang baik kepada masyarakat dengan tidak mempermasalahkannya," ungkap Goemelar.

Selama 30 menit tradisi Grebek Syawal berlangsung, sebelum kemudian Pangeran Raja Goemelar Soeriadiningrat bersama rombongan kembali ke Keraton Kesepuhan.***

Halaman:

Editor: Erika Lia

Tags

Artikel Terkait

Terkini