Kebijakan Deforestasi Uni Eropa Rugikan Indonesia dan Malaysia, Ini Sebabnya

- Senin, 23 Januari 2023 | 18:35 WIB
Kebijakan Deforestasi Uni Eropa Rugikan Indonesia dan Malaysia, Ini Sebabnya (Pexels/Francesco Paggiaro)
Kebijakan Deforestasi Uni Eropa Rugikan Indonesia dan Malaysia, Ini Sebabnya (Pexels/Francesco Paggiaro)

AYOCIREBON.COMUni Eropa berupaya mengurangi deforestasi pada lahan hutan dengan membatasi impor minyak sawit. Langkah tersebut merupakan komitmen pemimpin eropa dalam mengurangi emisi gas rumah kaca pada tahun 2030 yang salah satu langkahnya mengurangi konsumsi biofuel atau bahan bakar nabati.

Dilansir trtworld.com, Pakar Kebijakan Iklim di Kiel Institute, Gernet Klepper mengatakan Langkah tersebut tidak sepenuhnya mulus karena selalu ada kebocoran. Namun, secara politis itu efektif mendorong negara-negara mengurangi deforestasi disebabkan ancaman pembatasan perdagangan.

Namun, kebijakan tersebut menimbulkan kekhawatiran dari negara asia tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia. Mereka beranggapan kebijakan deforestasi UE itu bersifat diskriminatif sehingga mendapatkan sedikit ketegangan antara negara asia tenggara dengan UE.

Alasan utama mereka khawatir terhadap kebijakan Uni Eropa disebabkan biaya verifikasi kelapa sawit itu berasal menjadi bertambah. Kemungkinan akan menjadi beban keuangan yang berat bagi pemilik lahan kecil, diungkapkan Dewan Minyak Sawit Malaysia.

Baca Juga: Jadwal Indonesian Idol 2023 Malam Ini: Profil Top 17 dan Prediksi Peserta Tereliminasi

Gernet menganggap respon negara asia tenggara membingungkan, mereka secara sukarela juga berusaha mengurangi deforestasi pada iklim mereka. Menjadikan kondisi ini lebih paradoksal bagi kedua belah pihak.

Semakin mempersulit kondisi, Uni Eropa juga merupakan pengimpor utama minyak sawit yang 85 persen pangsa pasar komoditasnya dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Uni Eropa mengonsumsi minyak sebagai bahan bakar nabati untuk transportasi.

Sekilas tentang Deforestasi, istilah ini didefinisikan sebagai kondisi area atau lahan tertutup yang awalnya bertajuk hutan menjadi lahan terbuka yang bukan hutan. Sederhananya proses perubahan area hutan menjadi area lain (pertanian, perkebunan, dan sebagainya).

Baca Juga: Setelah Dikenal Dermawan, Sifat Asli Jhon LBF Dibongkar Mantan Karyawan

Penyebab yang seringkali ditemukan kenapa deforestasi terjadi yaitu kekurangan lahan untuk kebutuhan aktivitas manusia. Angka deforestasi yang tinggi di berbagai negara, menyebabkan hilangnya lahan hutan secara masif dan dapat menimbulkan konsekuensi negatitf terhadap keberlanjutan lingkungan dan kehidupan sosial.

Akibat dari deforestasi yaitu kebakaran hutan. Tercatat tahun 2015 Indonesia kehilangan 1,7 hektar lahan akibat kebakaran, itu menimbulkan bencana asap dan efek serius pada Pendidikan, transportasi udara, Kesehatan, ekonomi, dan kerusakan lingkungan.

Selain itu, pemanasan global dan perubahan iklim menjadi konsekuensi dari deforestasi. Akibat lahan kering dan berkurangnya pohon, karbondioksida tetap berada di udara. Salah satu fungsi dari hutan yaitu mengonversi karbondioksida menjadi oksigen melalui proses fotosintesis oleh pohon. Jika deforestasi terjadi, kita kehilangan hutan yang dapat menyimpan karbon sebanyak dua ratus miliar ton.

Ketika rencana UE itu muncul pertama kali tahun 2018, Malaysia menganggap Uni Eropa melakukan diskriminasi yang mereka sebut sebagai “pemotong apartheid”. Malaysia pada saat itu mengkritik dengan keras.

Disisi lain, Uni Eropa mengonsumsi minyak lobak yang diproduksi di eropa. Namun, UE mengecualikan minyak lobak sehingga terbebas dari peraturan ketat yang merugikan minyak sawit. Tindakan tersebut semakin meningkatkan kecurigaan UE telah melakukan diskriminasi.

Halaman:

Editor: Asep Dadan Muhanda

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Aktor Heo Dong Won Umumkan Tanggal Pernikahannya

Kamis, 16 Februari 2023 | 12:19 WIB