Kunjungan Pertama Ebrahim Raisi ke China: Xi Jinping Berikan Dukungan Terhadap Nuklir Iran

- Kamis, 16 Februari 2023 | 10:07 WIB
Kunjungan Pertama Ebrahim Raisi ke China (YouTube/Al Jazeera)
Kunjungan Pertama Ebrahim Raisi ke China (YouTube/Al Jazeera)

AYOCIREBON.COM -- Presiden Iran, Ebrahim Raisi melakukan lawatan ke China dan Moskow untuk meluaskan hubungan dan berupaya untuk mengimbangi intimidasi dari sanksi barat terhadapa proyek pengembangan nuklir. Presiden China, Xi Jinping menyatakan dukungannya kepada Iran.

Dilansir Aljazeera, dalam pernyataannya yang disiarkan di TV pemerintah China melalui situs web, Xi Jinping mengatakan mendukung kedaulatan nasional Iran dan menolak unilateralisme dan intimidasi pada Selasa (14/2/2023).

Pada Pertemuan tersebut, Raisi tidak sendirian, ia ditemani oleh timnya selama kunjungan China. Raisi bersama gubernur bank sentral baru yang juga menunjukkan kecakapannya. 

Baca Juga: Emisi Akan Menurun Hingga 2025:Energi Terbarukan dan Tenaga Nuklir Mendorong Permintaan Listrik Global

Selain itu, Raisi bersama enam anggota kabinet seperti menteri ekonomi, perminyakan, luar negeri, perdagangan, transportasi, dan pertanian.

Pernyataan Xi muncul ketika Raisi melakukan kunjungan ke negara raksasa ekonomi asia itu. Kunjungan kenegaraan Iran ini merupakan yang pertama kalinya ke China dan bagi presiden Raisi dalam 20 tahun. 

China menyerukan resolusi yang tepat bagi masalah nuklir Iran ketika Beijing mennyatakan solidaritasnya dengan Iran di tengah ketidakpastian global.

Perjanjian Nuklir 2015 membuat Iran kesulitan dalam pengayaan Uranium untuk proyek nuklir negara. 

Baca Juga: Inggris, Perancis, dan Jerman Kutuk Rencana Iran Perluas Program Nuklir

Perjanjian itu membatasi pengembangan senjata nuklir Iran sebagai imbalan pencabutan sanksi internasional. Iran mengatakan proyek nuklirnya dikembangkan lebih lanjut untuk alasan damai.

Namun, tahun 2018 ketika Donald Trumph menjabat, alasan tersebut tidak cukup mengekang kegiatan nuklir di Teheran dan kembali menjatuhkan sanksi kepada Iran sehingga meninggalkan kesepakatan itu secara sepihak. Trumph menganggap alasan tersebut belum dapat dijadikan pegangan.

China berdiri bersama Iran. Setelah keputusan itu, China mengkritik Washington karena menarik diri terhadap kesepakatan itu dan AS bertanggung jawab untuk menghidupkan kembali pakta tersebut.

Tidak sampai disitu. AS kembali memberikan Sanksi baru kepada perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam ekspor minyak Iran, termasuk lima yang berbasis di China, sanksi diberikan pada bulan September lalu. 

Baca Juga: Perang Rusia dan Ukraina Sebabkan Radiasi Nuklir di Chernobyl Meningkat Tajam

Halaman:

Editor: Mutiara Rizka Maulina

Tags

Artikel Terkait

Terkini