Puasa Syawal Bisa Digabung Puasa Ganti Ramadhan, Bolehkah?

- Senin, 25 April 2022 | 16:48 WIB
Jadwal adzan magrib dan buka puasa Kota Semarang, 23 Ramadhan 1443 H/Senin 25 April 2022. (flickr)
Jadwal adzan magrib dan buka puasa Kota Semarang, 23 Ramadhan 1443 H/Senin 25 April 2022. (flickr)

AYOCIREBON.COM - Puasa Syawal bisa digabung puasa ganti Ramadhan? Bisakah puasa sunnah dan wajib digabung?

Pertanyaan mengenai bisa atau tidaknya puasa Syawal digabung dengan puasa ganti atau qadha Ramadhan jamak ditemui saban Syawal.

Pasalnya, umat Islam, terutama perempuan yang mengalami haid saat puasa Ramadhan, ingin menunaikan puasa Syawal selama 6 hari sambil mengganti utang puasa saat Ramadhan.

Baca Juga: Kapan Waktu Zakat Fitrah Terbaik? 10 Hari Terakhir Ramadhan saat Lailatul Qadar?

Lantas, apakah puasa Syawal dapat digabung dengan puasa ganti Ramadhan?

Terdapat 2 versi jawaban. Ada yang membolehkan, ada juga yang tidak.

Dilansir dari Republika, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH M Cholil Nafis, mengatakan shaum qadha Ramadhan dan puasa sunnah Syawal tidak bisa digabungkan satu sama lain. Keduanya harus dikerjakan terpisah.

“Tapi kalau menggabungkan niat antara puasa sunnah dengan qadha jelas tidak bisa. Tidak boleh, tidak sah. Jadi harus masih-masing,” kata dia.

Pandangan senada juga dikeluarkan Anggota Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) KH. Hamdan Rasyid. Dia juga berpendapat kedua niat puasa tersebut tidak bisa digabungkan.

Pasalnya, puasa Syawal dan puasa qadha Ramadhan memiliki hukum yang berbeda, karena itu pengerjaannya harus dipisahkan.

Baca Juga: Daftar 6 Ibadah Rasulullah di 10 Hari Terakhir Ramadhan Sambut Lailatul Qadar

“Kalau saya sendiri, karena jenis ibadahnya beda, fardu dan sunnah, maka pengerjaannya harus masing-masing, sama halnya seperti sholat zuhur yang tidak bisa digabungkan dengan sholat qabliyah atau ba’diyah, itu harus dikerjakan sendiri sendiri. Jadi tidak bisa didobel-dobel seperti itu,” tuturnya kepada Republika.

Lulusan studi doktoral ushul fikih UIN Syarif Hidayatullah ini menyarankan umat Muslim untuk mendahulukan ibadah fardhu, yakni membayar qadha puasa Ramadhan, sebelum melakukan puasa sunnah Syawal.

“Tentu seharusnya mendahulukan yang wajib, karena ibadah itu selalu memprioritaskan yang Fardhu, jadi bagi siapapun yang punya hutang puasa ramadhan, baik karena bepergian (musafir), hamil, haid, sakit, atau lainnya, itu sebelum dia puasa sunnah Syawal, sebaiknya dahulukan membayar qada puasanya, baru setelahnya puasa sunnah Syawal,” ujarnya.

Pendapat berbeda dikemukakan Peneliti Rumah Fiqih Indonesia Ustaz Ahmad Zarkasih yang berpendapat bahwa puasa Syawal bisa digabung puasa ganti Ramadhan.

Halaman:

Editor: Hengky Sulaksono

Sumber: Republika

Tags

Artikel Terkait

Terkini