Beberapa hari ini, di media sosial seperti Facebook, orang-orang sedang ramai membahas ghosting. Sebuah istilah yang tergolong baru yang mendadak menjadi viral setelah beredar kabar putusnya hubungan (pacaran) anak seorang presiden dengan seorang gadis yang digadang-gadang akan menjadi pendamping hidupnya.
Di sini saya tak akan membahas tentang seputar kehidupan anak presiden tersebut bersama mantan pacar atau dengan pacar barunya tersebut. Saya hanya akan fokus mengulas tentang istilah ghosting yang mendadak viral di dunia maya.
Dalam tulisannya (Tirto.id, 8/3/2021) Dipna Videlia Putsanra berusaha memaparkannya; Ghosting (sebagaimana dilansir Heathline) adalah perilaku tiba-tiba menghilang dari kehidupan seseorang tanpa menelepon, email, atau SMS. Ghosting telah menjadi fenomena umum di dunia kencan modern, dan juga di lingkungan sosial dan profesional lainnya.
Menurut Psikiater Roslina Verauli, M.Psi.,Psi, tindakan ghosting adalah perilaku primitif yang bisa dilakukan oleh siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan. Bisa dikatakan ghosting termasuk tindakan pengecut. Alasannya, karena satu pihak ingin memproteksi dirinya sendiri, meskipun menimbulkan luka pada orang lain (baliexpress.jawapos.com, 8/3/2021).
Mengurai Penyebabnya
Sebenarnya, apa yang menyebabkan seseorang tiba-tiba mengidap perilaku tak sehat bernama ghosting tersebut? Menurut saya, banyak faktor yang melandasinya. Misalnya, ketika seseorang sudah merasa tidak ada kecocokan dengan pasangannya, tapi karena ia merasa sungkan, tidak tega, atau tidak enak hati untuk mengutarakannya secara langsung, maka ia lebih memilih pergi menghilang begitu saja, tanpa kabar dan penjelasan.
Bagi saya, perilaku ghosting ini tak hanya ditujukan kepada mereka yang tengah menjalin asmara dengan pasangannya, tapi juga hubungan yang lebih umum terhadap sesama manusia. Misalnya, ketika seseorang yang memiliki utang pada kita tiba-tiba menghilang entah ke mana. Dia sengaja menghilang karena tak mau membayar utangnya. Dia sengaja lari dari tanggung jawabnya.
Mungkin pada waktu menghilang, dia merasa bisa terbebas dari utangnya, tapi sifatnya itu hanyalah sementara saja. Karena saya yakin, dia akan terus dikejar-kejar oleh perasaan bersalah kepada kita yang telah berjasa memberikan utangan kepadanya. Sebagaimana kita ketahui bahwa yang namanya utang (berupa uang misalnya) kelak akan ditagih di akhirat bila belum kunjung dilunasi atau dibayarkan ketika di dunia. Saya yakin, orang-orang yang terkena virus ghosting, hidupnya tidak akan merasa tenang karena dia dengan sengaja lari dari persoalan yang berhubungan dengan sesama.
Bicara tentang ghosting, saya jadi teringat dengan orang yang pernah memesan buku karya saya melalui media sosial, tapi tiba-tiba dia menghilang tanpa penjelasan. Ketika ditanya melalui pesan inbox, apakah jadi membeli buku tersebut, dia tidak kunjung menjawabnya. Padahal di media sosial dia terlihat sedang online. Bahkan, ada juga sebagian orang yang sudah jelas-jelas memesan buku pada saya, dan ketika buku sudah saya kirimkan ke alamat mereka, tapi ketika buku sudah sampai, ternyata dia tak mau membayarnya. Dia mangkir dari tanggung jawabnya.
Melalui tulisan singkat ini, saya berharap semoga kita semua dapat terhindar dari perilaku ghosting yang akan merugikan diri sendiri di kemudian hari. Semoga.
(Sam Edy Yuswanto/penulis lepas, mukim di Kebumen, Jateng)
Tulisan ini telah dimuat Ayobandung.com dengan judulĀ Istilah "Ghosting" yang mendadak viral.