AYOCIREBON.COM -- Apa jadinya bila saat ini manusia tidak dapat mengakses internet? atau tidak dapat fasilitas penggunaan internet? mungkin hal itu dirasa sangat sulit karena mengingat perkembangan teknologi yang semakin pesat. Internet sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia, dimana hampir segala kegiatan manusia dapat dilakukan dengan mengakses internet. Dengan modal perangkat dan kuota, manusia dapat mengobrol, membaca buku, menonton acara kesukaan, melihat tutorial, sampai berbelanja hanya dengan memanfaatkan canggihnya akses internet.
Penggunaan internet membawa banyak pengaruh positif sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan pembelajaran, bisnis, maupun hiburan tetap dapat terlaksana dengan adanya bantuan internet. Namun di sisi lain, ternyata perkembangan teknologi yang satu ini juga membawa pengaruh negatif, salah satunya adalah dengan meningkatnya kejahatan di ranah digital. Kejahatan di ranah digital yang saat ini banyak dilaporkan adalah Kekerasan Berbasis Gender Online, atau yang biasa disebut KBGO.
Dikutip dari jurnal Perancangan Kampanye Sosial Mengenai Kekerasan Berbasis Gender Online, kekerasan berbasis gender adalah istilah untuk kekerasan yang melibatkan gender. Biasanya mengarah pada identitas, tubuh, atau seksualitas korban, dan Komnas Perempuan mencatat bahwa mayoritas pelapor adalah perempuan. Hal ini terjadi karena masih adanya ketimpangan dan stereotip antara laki-laki dan perempuan.
KBGO sendiri merupakan kekerasan berbasis gender yang terjadi di ranah digital. Ini adalah salah satu dampak dari luasnya jangkauan internet. Mirisnya adalah saat ini kekerasan tidak hanya terjadi secara offline, namun juga sudah banyak dilakukan dan menjamur di media online.
Berdasarkan kasus-kasus yang dilaporkan, KBGO dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu Cyber Grooming atau pendekatan untuk memperdaya, Cyber Harassment atau bentuk pengiriman teks untuk menyakiti, Hacking atau peretasan, Illegal Content atau konten illegal, Infringement of Privacy atau pelanggaran privasi, Malicious Distribution atau ancaman distribusi foto dan video pribadi, Online Defamation atau penghinaan atau pencemaran nama baik, dan Online Recruitment atau rekrutmen online.
Banyaknya jenis KBGO menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat yang setiap harinya tidak lepas dari penggunaan akses internet. Banyaknya kasus KBGO yang terjadi ternyata tidak sedikit yang di dalamnya berkonteks pelecehan seksual kepada perempuan. Sangat disayangkan, dunia digital yang seharusnya menjadi media masyarakat untuk melakukan hal bermanfaat, justru menjadi ancaman yang mengancam kehidupan perempuan karena ketakutannya akan pelecehan.
Meresahkan korban tak bersalah
Salah satu kasus yang paling sering terjadi adalah distribusi konten tak senonoh kepada orang tak dikenal atau illegal content. Hal ini selaras dengan yang dikatakan Sara, seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di ibu kota saat di wawancara melalui pesan Instagram pada 14 Maret lalu. Ia mengatakan bahwa kasus seperti ini terjadi saat ia duduk di bangku sekolah.
“Menyebarkan foto dan video intim atau foto dan video yang diambil tanpa konsen, lalu dimasukkan ke google drive untuk dipertukarkan atau dijual”, ujar Sara.
Sara menambahkan bahwa hal seperti itu bisa dilakukan oleh siapa saja, baik orang terdekat maupun seseorang yang tidak dikenal. Misalnya menyebarkan foto intim bisa jadi diawali dengan rasa saling percaya, namun bila diam-diam memotret bagian rok atau dada, semua orang bisa melakukannya.
Kasus selanjutnya terjadi dari media sosial Facebook yang menjadi salah satu platform paling banyak digunakan oleh setiap kalangan pada zamannya. Siapapun dapat mengaksesnya karena kemudahan aplikasi tersebut. Dari tidak saling kenal, hanya dengan mengirimkan permintaan pertemanan, kini setiap orang dapat saling berteman.
Sebut saja Melati, seorang mahasiswa yang membagikan ceritanya melalui Whatsapp pada 23 Maret 2021.
“Dia minta pertemanan awalnya, tapi ga aku konfirm, jadi dia ngirim pesan berupa foto yang nunjukin organ intimnya”, ujar Melati.
Handphone pun ia banting saat itu karena merasa syok, tanpa berpikir lama ia langsung menghapus pesan tersebut.