Cara-cara Menjaga Ketaqwaan Setelah Ramadhan

- Minggu, 9 Mei 2021 | 22:37 WIB
ilustrasi beribadah. (Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi)
ilustrasi beribadah. (Ayobandung.com/Irfan Al-Faritsi)

AYOCIREBON.COM -- Fenomena "seolah" lumrah kala Ramadhan telah usai perbuatan atau sikap diri kembali ke awal. Padahal selayaknya seseorang setelah melaksanakan puasa selama Ramadhan terjaga kualitas taqwanya, bahkan bisa menyempurna.

Melansir NU Online, Bulan Ramadhan adalah bulan pendidikan dan latihan (diklat) bagi umat Islam. Berhasil atau tidaknya diklat tersebut, indikasinya bisa diteropong dari amal perbuatannya setelah Ramadhan. Meningkatkah ibadahnya atau semakin kendur. Di situlah penilaian keberhasilan Ramadhan.

Ustadz Hobri Ali Wafa menuturkan, untuk melakukan peningkatan amal tersebut, dapat diupayakan melalui enam cara.

Pertama, musyaratah. Artinya, mengawali bulan Syawal hendaknya diawali dengan tekad yang bulat  untuk betul-betul berupaya meningkatkan amal.

Kedua, muraqabah. Yaitu memantau diri atau merasakan bahwa Allah memantau. Jika sikap ini dimiliki, siapa pun tidak akan main-main dalam pelaksanaan tekad tersebut.

Ketiga, muhasabah, yaitu melakukan introspeksi sejauh mana pelaksanaan tekad yang diikrarkan tersebut. Apakah terlaksana dengan baik, atau terlaksana tetapi dipenuhi dengan kelalaian, atau tidak terlaksana sama sekali," tukansya.

Sedangkan yang keempat adalah mu'aqabah, yaitu memberikan sanksi terhadap kelalaian dalam pelaksanaan tekad tersebut. Sebab, bila kelalaian itu tidak diberikan sanksi, dikhawatirkan kelalaian serupa akan terulang kembali.

Kelima, mujahadah, yaitu mengerahkan segenap kemampuan yang ada pada diri untuk memperbaiki kelalaian.

"Keenam, taubikh wa mu'atabah, yaitu koreksi diri. Dengan cara ini kita menyadari bahwa amal-amal kita penuh dengan kekurangan sehingga ke depan berupaya ditingkatkan," tuturnya.

Sementara itu, Ustadz Nasrulloh Afandi mengatakan, setelah Ramadhan hanya ada dua pilihan; beruntung atau buntung (dalam ketakwaan). Faktanya bermacam-macam kondisi ketakwaan orang-orang beriman selepas mengarungi “lautan mutiara” bernama bulan Ramadhan.

Esensi Ramadhan adalah momentum spesial “karantina suci” satu bulan penuh, menggembleng jiwa-jiwa yang beriman untuk menjadi lebih unggul, dan prestasi puncaknya yaitu menggapai “honoris causa” suci dari Allah swt berupa; takwa.

Identiknya suatu karantina, berkualitas atau buruknya hasil tergantung pada kemauan dan keseriusan pribadi peserta. Pasca karantina bernama Ramadhan, tentu berbeda-beda hasilnya, dari masing-masing “peserta”, ada yang mendapatkan hasil maksimal, ada yang sederhana.

Untuk Apa Takwa Setelah Ramadhan?

Ramadhan bukan momentum kesalehan musiman, kemudian “tidak perlu” saleh di bulan-bulan lainnya, dan hanya akan (kembali) beramal saleh pada Ramadhan tahun berikutnya.

Syekh Doktor Ali Jum’ah, mufti besar Mesir beropini: "Orang yang telah berada pada posisi benar-benar takwa, ia otomatis mendapatkan banyak keuntungan, bukan hanya dalam konteks beragama (ukhrawi) tetapi juga mendapatkan banyak kemudahan dan kesuksesan dalam hal duniawi."

Halaman:

Editor: Ananda Muhammad Firdaus

Tags

Terkini