KEJAKSAN, AYOCIREBON.COM -- Puasa Arafah merupakan puasa pada hari Arafah, yakni hari kesembilan pada Bulan Dzulhijjah atau bertepatan saat jamaah haji melakukan wukuf di Padang Arafah.
Mengutip Republika, Syekh Al-Jurjawy dalam bukunya Hikmah at-Tasyri' wa Falsafatuha mengatakan, tujuan Puasa Arafah adalah agar kaum Muslimin yang sedang berpuasa di hari itu memikirkan keadaan orang-orang yang sedang melakukan wukuf di suatu tempat yang sangat luas (Padang Arafah).
Orang-orang di Padang Arafah mengumandangkan kalimat talbiyah (memohon ampun dan rahmat Allah). Maka, seyogyanya mereka juga merasa rindu untuk datang ke tempat suci tersebut.
Abu Qatadah Ra. berkata, "Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa hari Arafah, kemudian beliau menjawab bahwa puasa itu melebur dosa satu tahun yang telah berlalu dan yang akan datang." (HR. Muslim).
Besarnya ganjaran dari Puasa Arafah jadi satu keistimewaan puasa tersebut sehingga muslim ingin menjalankannya. Namun, seperti puasa-puasa lainnya, ganjaran tersebut bisa saja tidak didapatkan alias pahalanya bisa rusak.
Dari Sayyidina Abu Hurairah ra, baginda Rasulullah SAW bersabda, "Banyak orang yang berpuasa tetapi tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali lapar. Banyak orang yang bangun malam, tetapi tidak mendapatkan apapun dari bangun malamnya kecuali keletihan berjaga malam." (HR Ibnu Majah, Nasa'i, Ibnu Khuzaimah dan kitab At-Targhib).
Gabungkan Puasa Qadha dengan Puasa Arafah, Begini Bacaaan Niatnya
Syekh Maulana Muhammad zakariyya Al Kandahlawi Rah.a dalam kitabnya Fadhilah Amal menerangkan mengenai hadits di atas. Menurutnya para ulama menyebutkan tiga penafsiran yang berbeda tentang hadits di atas.
Pertama, hadits ini menyatakan tentang orang-orang yang berpuasa pada siang hari lalu berbuka dengan makanan haram. Semua pahala puasanya hilang karena dosa memakan yang haram lebih besar.
"Ia tidak memperoleh apapun dari puasanya, kecuali lapar sepanjang hari," katanya.
Kedua hadits di atas menyatakan tentang orang-orang yang berpuasa namun mereka terjerumus dalam fitnah gibah (membicarakan keburukan orang lain). Ketiga hadits di atas menyatakan orang yang berpuasa tetapi tidak menjauhkan diri dari maksiat dan dosa.
"Hadits ini memiliki makna yang luas yang bisa mencakup penafsiran-penafsiran tersebut di atasĀ Bahkan lebih banyak lagi," katanya.
Begitu pula halnya dengan orang yang salat sunah pada malam hari karena suka gibah atau berbuat dosa lain. Misalnya mengerjakan sholat subuh di luar waktunya atau mengerjakan salat malam karena riya atau pamer dan sum'ah (mencari kemashuran), maka akan sia-sia pahalanya.
Jadwal Puasa Dzulhijjah, Puasa Tarwiyah, dan Puasa Arafah Jelang Idul Adha 2021